Entri Populer
-
Plakat Panjang Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 07 Juli, undefined Label: imam bonjol, periode I, plakat panjang | 0 komentar Lalu...
-
Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 07 Juli, undefined Label: periode VI, ustadz armen halim nar...
-
INILAH BUKTI KEBAIKAN PEMERINTAH SAUDI “WAHABI” UNTUK SANTRI,PESANTREN & KYAI NU INDONESIA, PALESTINA & MUSLIMIN DUNIA : Sambutan ya...
-
TUANKU HAJI MISKIN, PENABUR BENIH PEMBAHARUAN 3 Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 09 Juli, undefined Label: periode I, tuanku haji ...
-
Dua peristiwa yang menyebabkan tuanku nan renceh merubah sikapnya menajadi keras dan menebarkan "perang agama" adalah: 1. pengadu...
-
Jumat, September 30, 2011 PostHeaderIcon Banser bergabung dengan Katholik demo anti Radio Islam Jumat, September 30, 2011 | Diposkan oleh Ma...
-
Kategori Tauhid Prioritas Utama Kewajiban Memberikan Perhatian Kepada Aqidah Tidak Berarti Melalaikan Syariat Yang Lainnya Selasa, 18 Mei 20...
-
Kasus Tanah Fadak Seperti biasa, Syi’ah telah menciptakan kisah-kisah fiktif berdasarkan kekuatan imajinatif mereka yang keruh. Mereka cipt...
-
TUANKU HAJI MISKIN, PENABUR BENIH PEMBAHARUAN 1 Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 08 Juli, undefined Label: periode I, sejarah para...
-
PENGERTIAN SEJARAH Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 07 Juli, undefined Label: babad, hikayat, Pengertian sejarah, riwayat, tambo |...
Sabtu, 15 Oktober 2011
Zzo-Tugas Mukmin Di Bulan Ramadhan
Kategori Puasa Tugas Mukmin Di
Bulan Ramadhan Sabtu, 30 Juli 2011 11:58:35 WIB TUGAS MUKMIN DI BULAN RAMADHAN Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Abdul Hamid Al-Halaby Pada bulan Ramadhan, seorang Mukmin mempunyai beberapa tugas syar’i. Tugas- tugas ini sudah dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam melalui sunnah qauliyah (perkataan) beliau, juga praktek-praktek beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Karena bulan Ramadhan merupakan musim kebaikan. Nikmat-
nikmat Allâh Azza wa Jalla yang dianugerahkan kepada para hamba pada bulan ini lebih banyak dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain.[1] Tugas-tugas ini mencakup banyak persoalan hukum syar’i, yang meliputi seluruh amalan selama satu bulan yang penuh dengan amal kebaikan dan ketaqwaan. PERTAMA : SHIYAM (PUASA).
Secara umum, shiyâm (puasa) memiliki keutamaan yang besar. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah. ُّﻞُﻛ ِﻞَﻤَﻋ ِﻦْﺑﺍ َﻡَﺩﺁ ُﻪَﻟ ﺎَّﻟِﺇ َﻡﺎَﻴِّﺼﻟﺍ َﻮُﻫ ﻲِﻟ ﺎَﻧَﺃَﻭ ﻱِﺰْﺟَﺃ ِﻪِﺑ ﻱِﺬَّﻟﺍَﻮَﻓ ُﺲْﻔَﻧ ٍﺪَّﻤَﺤُﻣ ِﻩِﺪَﻴِﺑ ُﺔَﻔْﻠُﺨَﻟ ِﻢَﻓ ِﻢِﺋﺎَّﺼﻟﺍ ُﺐَﻴْﻃَﺃ َﺪْﻨِﻋ
ِﻚْﺴِﻤْﻟﺍ ِﺢﻳِﺭ ْﻦِﻣ ِﻪَّﻠﻟﺍ "Semua amal perbuatan bani Adam adalah kepunyaan bani Adam sendiri, kecuali puasa. Puasa itu kepunyaanKu, dan Aku yang akan memberikan balasan. Maka, demi Dzat yang nyawa Muhammad ada ditanganNya, sungguh di sisi Allâh, aroma mulut orang yang sedang berpuasa itu lebih harum daripada minyak kasturi". Imam Mazari rahimahullah dalam kitab al Mu’lim Bifawâ-idi Muslim (2/41), mengatakan, “Dalam hadits qudsi ini, Allâh Azza wa Jalla secara khusus menyebut puasa sebagai “milikKu”, padahal semua perbuatan baik yang dilakukan secara ikhlas juga milikNya; karena dalam puasa tidak mungkin (kecil kemungkinan-red) ada riyâ’, sebagaimana pada
perbuatan-perbuatan
selainnya. Karena puasa itu perbuatan menahan diri dan menahan lapar, sementara orang yang menahan diri -baik karena sudah kenyang atau pun karena miskin-
zhahirnya sama saja dengan orang yang menahan diri dalam rangka beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla. Niat serta motivasi yang tersimpan dalam hatilah yang memiliki peranan penting dalam masalah ini. Sedangkan shalat, haji dan zakat merupakan perbuatan-perbuatan
lahiriyah yang berpotensi menimbulkan riya’ [2] dan sum’ah [3]. Oleh karena itu, puasa dikhususkan sebagai milik Allâh sementara yang lainnya tidak." Disamping keutamaan yang bersifat umum ini ada keutamaan khusus yang melekat dengan bulan Ramadhân, berdasarkan sabda Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam, ْﻦَﻣ َﻡﺎَﺻ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ ْﻦِﻣ َﻡَّﺪَﻘَﺗ
ِﻪِﺒْﻧَﺫ "Barangsiapa yang puasa Ramadhân karena iman dan karena ingin mendapatkan pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat".[4] Dan sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. ُﺮْﻬَﺷ ِﺮْﺒَّﺼﻟﺍ ُﺔَﺛﺎَﻠَﺛَﻭ ٍﻡﺎَّﻳَﺃ ْﻦِﻣ
ِﺮْﻫَّﺪﻟﺍ ُﻡْﻮَﺻ ٍﺮْﻬَﺷ ِّﻞُﻛ "Satu bulan sabar (berpuasa Ramadhân) ditambah tiga hari puasa pada setiap bulan, sama dengan puasa satu tahun".[5] Yang dimaksud dengan bulan sabar yaitu bulan Ramadhan [6]. Ibnu Abdil Barr rahimahullah [7] menjelaskan,“Dalam
kamus Lisânul Arab, shaum juga bermakna sabar. Allâh Azza wa Jalla berfirman.
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". [az-Zumar/39:10] Abu Bakar Ibnul Anbari mengatakan,"Shaum
(puasa) itu dinamakan sabar, karena puasa adalah menahan diri dari makan, minum, berkumpul suami-istri serta menahan diri dari syahwat." KEDUA : QIYAMULLAIL (TARAWIH)
Shalat tarawih ini sunnahnya dikerjakan secara berjama’ah selama bulan Ramadhân. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ُﻪَّﻧِﺇ ْﻦَﻣ َﻡﺎَﻗ َﻊَﻣ ِﻡﺎَﻣِﺈْﻟﺍ ﻰَّﺘَﺣ
ٍﺔَﻠْﻴَﻟ ُﻡﺎَﻴِﻗ ُﻪَﻟ َﺐِﺘُﻛ َﻑِﺮَﺼْﻨَﻳ "Sesungguhnya
barangsiapa yang shalat bersama imam sampai imam itu selesai, maka ditetapkan pahala baginya, seperti shalat sepanjang malam".[8] Dalam menerangkan keutamaan shalat tarawih ini Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. ْﻦَﻣ َﻡﺎَﻗ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ ْﻦِﻣ َﻡَّﺪَﻘَﺗ
ِﻪِﺒْﻧَﺫ "Barangsiapa yang shalat tarawih karena iman dan mengharap pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat" [9]. Petunjuk terbaik tentang jumlah raka’at shalat malam pada bulan
Ramadhân atau bulan lainnya, ialah petunjuk yang shahih dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dari perbuatan beliau, yaitu shalat 11 raka’at. Karena beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam panutan yang sempurna. KETIGA : SHADAQAH.
Kedermawanan
Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam paling menonjol pada bulan Ramadhân bila dibandingkan dengan kedermawanan beliau Shallallahu 'alaihi wa salalm pada bulan-bulan yang lain [10]. Kedermawanan ini mencakup semua arti shadaqah dan semua jenis perbuatan baik. Karena kedermawanan itu banyak memberi dan sering memberi [11]. Dan ini mencakup berbagai macam amal kebajikan dan perbuatan baik. KEEMPAT : MEMBERIKAN BUKA PUASA KEPADA ORANG YANG BERPUASA
Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menganjurkan umatnya untuk melakukannya dan memberitahukan pahala yang sangat besar sebagai hasil yang bisa mereka raih. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. ْﻦَﻣ َﺮَّﻄَﻓ ﺎًﻤِﺋﺎَﺻ َﻥﺎَﻛ ُﻪَﻟ ُﻞْﺜِﻣ ِﻩِﺮْﺟَﺃ َﺮْﻴَﻏ ُﻪَّﻧَﺃ ﺎَﻟ ُﺺُﻘْﻨَﻳ ْﻦِﻣ
ﺎًﺌْﻴَﺷ ِﻢِﺋﺎَّﺼﻟﺍ ِﺮْﺟَﺃ "Barangsiapa yang memberikan makanan buka puasa kepada orang yang berpuasa, maka dia akan mendapatkan pahala, sebagaimana pahala orang yangberpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa".[12] KELIMA : MEMBACA AL- QUR'AN.
Bulan Ramadhan, merupakan bulan al- Qur’an, sebagaimana difirmankan oleh Allâh Azza wa Jalla. "(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhân, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'ân sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan- penjelasan mengenai petunjuk itu, dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)". [al-Baqarah/2:185]. Dalam sunnah ‘amaliyah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, terdapat keterangan tentang praktik nyatanya. Jibril Alaihissallam mengajak Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bertadarus al-Qur’ânpada setiap malam bulan Ramadhân [13]. KEENAM : UMRAH
Imam Bukhâri rahimahullah dan Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits yang menjelaskan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ٌﺓَﺮْﻤُﻋ ﻲِﻓ َﻥﺎَﻀَﻣَﺭ ُﻝِﺪْﻌَﺗ ًﺔَّﺠَﺣ
ْﻲِﻌَﻣ "Umrah pada bulan Ramadhân sama dengan haji bersamaku". Perhatikanlah
keutamaan ini -semoga Allâh merahmati anda sekalian-. Alangkah besar dan alangkah afdhalnya. KETUJUH : MENCARI LAILATUL QADAR
Allâh Azza wa Jalla berfirman. "Sesungguhnya Kami telah menurunkan al- Qur’ân pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu, apakah malam kemuliaan itu ? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan". [al- Qadr/97:1-3]. Dalam kitab shahih Bukhâri dan Muslim ada riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : ْﻦَﻣ َﻡﺎَﻗ َﺔَﻠْﻴَﻟ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ﺎًﻧﺎَﻤﻳِﺇ ﺎًﺑﺎَﺴِﺘْﺣﺍَﻭ َﺮِﻔُﻏ ُﻪَﻟ ﺎَﻣ ْﻦِﻣ َﻡَّﺪَﻘَﺗ
ِﻪِﺒْﻧَﺫ "Barangsiapa shalat pada malam qadar karena iman dan karena ingin mencari pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat". Lailatul qadar itu berada
pada malam-malam ganjil sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhân. Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi rahimahulllah dan Ibnu Mâjah rahimahullah dengan sanad yang shahih dari Aisyah Radhiyallahu 'anha, beliau Radhiyallahu 'anha bercerita : ﺎَﻳ َﻝﻮُﺳَﺭ ِﻪَّﻠﻟﺍ َﺖْﻳَﺃَﺭَﺃ ْﻥِﺇ ُﺖْﻘَﻓﺍَﻭ َﺔَﻠْﻴَﻟ ِﺭْﺪَﻘْﻟﺍ ﺎَﻣ ُﻝْﻮُﻗَﺃ َﻝﺎَﻗ ﻲِﻟﻮُﻗ َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ َﻚَّﻧِﺇ ٌّﻮُﻔَﻋ
ﻲِّﻨَﻋ ُﻒْﻋﺎَﻓ َﻮْﻔَﻌْﻟﺍ ُّﺐِﺤُﺗ "Wahai Rasûlullâh, apakah yang aku katakan, jika aku mendapati lailatul qadar? Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab,”Katakanlah : َّﻢُﻬَّﻠﻟﺍ َﻚَّﻧِﺇ ٌّﻮُﻔَﻋ ُّﺐِﺤُﺗ َﻮْﻔَﻌْﻟﺍ
ﻲِّﻨَﻋ ُﻒْﻋﺎَﻓ "Ya Allâh, sesungguhnya engkau Maha Pemberi Maaf, maka maafkanlah aku." Demikianlah ringkasan beberapa tugas pokok yang semestinya dilaksanakan oleh seorang muslim pada bulan yang penuh barakah ini. Adapun tugas selengkapnya yang wajib dijaga oleh seorang muslim pada bulan ini yaitu menahan diri dari segala perbuatan jelek, sabar terhadap penderitaan, menjaga hati dan melaksanakan kewajiban lahir, dengan cara konsisten menjalankan hukum-hukum Islam dan mengikuti sunnah- sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. [Diterjemahkan Redaksi dari Al Ashalah edisi 3/15 Sya’ban 1413 H halaman 70-72.] [Disalin dari majalah As- Sunnah Edisi 04-05/ Tahun XIV/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondanrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
_______
Footnote
[1]. Fathul Bâri 1/31.
[2]. Ingin amalannya dilihat orang
[3]. Ingin amalannya didengar orang
[4]. Muttafaqun alaihi dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.
[5]. Diriwayatkan Imam Nasâ’i (4/218), Ahmad (2/263 dan 284) dan Thayâlisi (315) dan al Baihaqi dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dengan sanad shahih.
[6]. At-Tamhîd 19/61
[7]. At-Tamhîd
[8]. Hadits Riwayat Abu Dâwud, Tirmidzi, Nasâ’i, Ibnu Nashr dari Abu Dzar
Radhiyallahu 'anhu dengan sanad yang shahih
[9]. Muttafaq ‘alaihi
[10]. Muttafaq ‘alaihi
[11]. Lathâiful Ma’ârif, hlm. 173, karya Ibnu Rajab rahimahullah
[12]. Hadits diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Mâjah, dari Zaid bin Khalid Radhiyallahu 'anhu, dengan sanad yang shahih
[13]. HR Imam Bukhâri © copyleft almanhaj.or.id seluruh artikel dan tulisan di situs almanhaj.or.id dapat disebarluaskan, dengan mencantumkan sumbernya dan tetap menjaga keilmiahan
Situs almanhaj.or.id tidak memiliki hubungan apapun dengan situs lainnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar