Entri Populer
-
Plakat Panjang Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 07 Juli, undefined Label: imam bonjol, periode I, plakat panjang | 0 komentar Lalu...
-
Ustadz Armen Halim Naro Rahimahullah Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 07 Juli, undefined Label: periode VI, ustadz armen halim nar...
-
INILAH BUKTI KEBAIKAN PEMERINTAH SAUDI “WAHABI” UNTUK SANTRI,PESANTREN & KYAI NU INDONESIA, PALESTINA & MUSLIMIN DUNIA : Sambutan ya...
-
TUANKU HAJI MISKIN, PENABUR BENIH PEMBAHARUAN 3 Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 09 Juli, undefined Label: periode I, tuanku haji ...
-
Dua peristiwa yang menyebabkan tuanku nan renceh merubah sikapnya menajadi keras dan menebarkan "perang agama" adalah: 1. pengadu...
-
Jumat, September 30, 2011 PostHeaderIcon Banser bergabung dengan Katholik demo anti Radio Islam Jumat, September 30, 2011 | Diposkan oleh Ma...
-
Kategori Tauhid Prioritas Utama Kewajiban Memberikan Perhatian Kepada Aqidah Tidak Berarti Melalaikan Syariat Yang Lainnya Selasa, 18 Mei 20...
-
Kasus Tanah Fadak Seperti biasa, Syi’ah telah menciptakan kisah-kisah fiktif berdasarkan kekuatan imajinatif mereka yang keruh. Mereka cipt...
-
TUANKU HAJI MISKIN, PENABUR BENIH PEMBAHARUAN 1 Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 08 Juli, undefined Label: periode I, sejarah para...
-
PENGERTIAN SEJARAH Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 07 Juli, undefined Label: babad, hikayat, Pengertian sejarah, riwayat, tambo |...
Minggu, 16 Oktober 2011
Riwayat-riwayat Sejarah Yang Menyebut Kesalahan Sahabat Nabi
Riwayat-riwayat Sejarah Yang Menyebut Kesalahan Sahabat Nabi
Riwayat-riwayat sejarah yang menyebutkan kejelekan-kejelekan sahabat setelah diteliti ternyata ada 3 tingkatan:
Pertama, dusta murni yang tidak diriwayatkan, dan tidak pula diketahui kecuali dari riwayat Abu Mihnaf Luth bin Yahya al-Kadzdzab atau Saif bin Umar at-Tamimiy pemilik kitab Ar-Riddatu wal Futuh yang tidak memiliki nilai apapun di sisi ahli hadits, atau juga riwayat al-Waqidiy al-Matruk atau selain mereka dari orang-orang yang tidak bisa diterima periwayatan mereka. Mereka adalah pilar permusuhan terhadap para sahabat Radhiallahu ‘Anhum dalam menyampaikan hal-hal yang menghinakan, cercaan-cercacan, serta cacian-cacian yang didustakan.
Kedua, apa yang telah shahih sanadnya, dan memiliki kemungkinan makna/pengertian yang baik, maka wajib dibawa kepada pengertian yang baik tersebut sebagai bentuk husnudzan kepada mereka. Karena mereka adalah manusia yang paling berhak dengan perlakuan ini. Barang siapa jiwanya menolak untuk memahami ucapan dan perbuatan para sahabat dan para ulama kepada makna dan maksud yang baik, membawa ucapan-ucapan para imam kepada makna yang buruk maka sungguh telah besar kebodohan dan kezhalimannya, sebagaimana orang-orang yang berpenyakit hati.
Ketiga, riwayat yang bersumber dari ijtihad, syubhat dan takwil murni. Seperti fitnah yang terjadi diantara mereka, dan kejadian-kejadian lain baik berupa perkataan atau perbuatan. Maka perkara-perkara ini muncul dari ijtihad dan takwil. Bagi orang yang benar didalamnya akan mendapatkan dua pahala, dan bagi yang salah mendapatkan satu pahala. Dan kesalahan tersebut diampuni. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari (7352), Muslim (1716) dari jalan Yazid bin ‘Abdillah dari Muhammad bin Ibrahim bin al-Harits dari Bisr bin Sa’id dari Abu Qais maula ‘Amr bin al-’Ash dari ‘Arm bin al-’Ash bahwa dia pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
« إِذَا حَكَمَ الْحَاكِمُ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَصَابَ فَلَهُ أَجْرَانِ ، وَإِذَا حَكَمَ فَاجْتَهَدَ ثُمَّ أَخْطَأَ فَلَهُ أَجْرٌ »
“Jika seorang hakim menghukumi (sesuatu), kemudian dia berijtihad, lalu benar, maka bagi dia dua pahala, dan jika dia menghukumi kemudian berijtihad lalu salah, maka bagi dia satu pahala.”
(Dibaca 326 kali, hari ini 5 kali)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar