Entri Populer

Selasa, 11 Oktober 2011

Ajaran salafy racun , kata KH. SaidAqil Siradj

Oleh: Artawijaya
Wartawan dan Penulis Buku
Pasca serangan bom bunuh diri
di GBIS Kepunton Solo,
perbincangan mengenai kaitan
antara terorisme dan doktrin Wahabi kembali mencuat di
media massa. Setidaknya hal itu
tercermin dalam sebuah artikel
yang ditulis oleh Ketua Umum
PBNU, KH. Said Aqil Siradj pada
harian Republika (3/10/2011). Artikel berjudul "Radikalisme,
Hukum, dan Dakwah" ini menarik
untuk dicermati, karena KH Said
Aqil telah mengaitkan antara
pergerakan dakwah Wahabi
dengan radikalisme. Beliau bahkan membuat istilah baru
tentang dakwah Wahabi, yaitu
"ideologi puritanisme radikal."
Kita tentu bersyukur, seorang
ketua umum sebuah organisasi
massa besar seperti KH Said Aqil Siradj begitu peduli terhadap
teror bom yang banyak
menimbulkan korban dari
masyarakat yang tak bersalah.
Bahkan sebenarnya bukan
hanya KH Said Aqil Siradj, tokoh yang sering dikait-kaitkan
dengan kasus terorisme seperti
KH. Abu Bakar Ba'asyir (ABB)
pun mengecam aksi bom di
Cirebon dan Solo sebagai
tindakan ngawur yang jauh dari pemahaman syariat. Pada
beberapa kesempatan, ABB
menyatakan bahwa Indonesia
adalah wilayah aman yang
karenanya Islam harus
ditegakkan lewat cara-cara damai.
Ada beberapa hal yang perlu
dikritisi dari artikel Kiai Said di
atas, yang terkesan seperti
menabur angin, mengenai siapa
saja yang dianggap sebagai Wahabi. Dalam beberapa
alineanya, artikel tersebut
bahkan seperti mengumbar
stigma yang gebyah uyah. Jika
tak dikritisi, tulisan tersebut
bisa menimbulkan ragam penafsiran di masyarakat dan
generalisasi terhadap kelompok
yang dituduh mengusung
dakwah Wahabi. Sehingga hal ini
bisa berpotensi memicu konflik
sosial di akar rumput, sebagaimana terjadi pada
sebuah pengajian hadits di
Klaten, Jawa Tengah, yang
nyaris dipaksa bubar karena
dianggap bagian dari dakwah
Wahabi. Diantara kalimat yang bisa
menimbulkan bias pemahaman
dan stigma dari tulisan KH Said
Aqil adalah, "Kita bisa
mencermati pergerakan paham
Wahabi di negeri kita yang secara mengendap-endap telah
memasuki wilayah pendidikan
dengan menyuntikkan ideologi
puritanisme radikal, semisal
penyesatan terhadap kelompok
lain hanya karena soal beda masalah ibadah lainnya. Di
berbagai daerah bahkan sudah
terjadi 'tawuran' akibat model
dakwah Wahabi yang tak
menghargai perbedaan
pandangan antar-muslim. Model dakwah semacam ini bisa
berpotensi menjadi 'cikal bakal'
radikalisme."
Pada alinea lain, KH Said Aqil
mengusulkan agar dilakukan
"sterilisasi" masjid-masjid yang berpotensi menjadi sarang
kelompok puritan radikal,
sebuah kelompok yang
menurutnya seringkali
menimbulkan "tawuran" di
tengah masyarakat. Dalam kesempatan lain, KH Said Aqil
bahkan meminta masyarakat
untuk mewaspadai 12 yayasan
dari Timur Tengah yang
ditengarai mendapat suntikan
dana dari kelompok Wahabi. Tulisan KH. Said Aqil Siradj yang
dimuat dalam harian ini seolah
menyatakan bahwa memerangi
ideologi teror sama dengan
memerangi ideologi puritan
radikal yang diusung oleh kelompok yang ia sebut sebagai
Wahabi. Kelompok yang saat ini
menurutnya mengendap-endap
di dunia pendidikan, membawa
suntikan beracun berisi "ideologi
puritan radikal". Antara Wahabi dan Terorisme
Stigma Wahabi merujuk pada
sosok ulama abad ke-18
bernama Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab At-Tamimy An-
Najdi. Gerakan dakwahnya mengusung tajdid dan tashfiyah
(pembaharuan dan pemurnian)
akidah kaum muslimin dari
beragam kemusyrikan dan
amaliah yang tidak diajarkan
oleh Islam. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah seorang dai
yang tak pernah menyebut
kiprah dakwahnya dengan
penamaan dakwah Wahabi atau
tak pernah mendirikan
organisasi dakwah bernama Wahabi. Istilah Wahabi baru
muncul belakangan, itupun
dengan tujuan stigmatisasi oleh
mereka yang tak setuju dengan
pemikiran yang diusung dalam
dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab.
Di Indonesia, stigma Wahabi juga
pernah dilekatkan pada ormas-
ormas Islam seperti
Muhammadiyah, Al-Irsyad, dan
Persatuan Islam (Persis). Tokoh- tokoh seperti KH Ahmad Dahlan,
Syaikh Ahmad Soorkati, A.
Hassan, dianggap sebagai
pengusung paham Wahabi di
Indonesia. Bahkan, jauh sebelum
itu, pahlawan nasional Tuanku Imam Bonjol pun pernah disebut
sebagai pengusung dakwah
Wahabi. Baik Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahab ataupun
generasi dakwah selanjutnya di
seluruh dunia yang sepaham dengan pemikirannya tak
pernah ada yang dengan tegas
menyatakan dirinya sebagai
Wahabi.
KH. Said Aqil Siradj dalam
tulisannya tak menjelaskan siapa saja atau kelompok mana saja
yang masuk dalam kategori
puritan radikal pengusung
dakwah Wahabi. Ia hanya
menjelaskan, kelompok tersebut
tak menghargai perbedaan dan mudah memberikan label sesat
pada sesama Muslim lainnya.
Sama tak jelasnya, ketika ia
melontarkan pernyataan bahwa
ada 12 yayasan milik Wahabi
yang perlu diwaspadai yang kini beroperasi di Indonesia. Apa saja
yayasan itu, kenapa perlu
diwaspadai, adakah pelanggaran
baik dari sisi hukum nasional
ataupun hukum Islam dari 12
yayasan tersebut sehingga layak untuk diwaspadai tak
pernah dijabarkan. Sekali lagi,
apa yang dilontarkan KH Said
Aqil seperti menabur angin,
menerpa siapa saja yang
dianggap sebagai Wahabi. Jika merujuk pada banyak kasus
yang terjadi di basis-basis NU,
maka kelompok puritan radikal
atau Wahabi yang dimaksud KH
Said Aqil adalah mereka yang
membid'ahkan tahlilan, tawassul, ziarah kubur, maulid Nabi, dan
amaliah lainnya yang menjadi
tradisi di kalangan Nahdhiyyin.
Kriteria inilah yang sering
diungkapkan oleh KH Said Aqil di
media massa ketika menyoroti kiprah kelompok yang ia sebut
sebagai "Wahabi". Namun, adakah
kaitannya antara kelompok
yang berdakwah untuk menjauhi
bid'ah dalam urusan ibadah
dengan kelompok teroris? Nyatanya seluruh ormas Islam di
Indonesia, baik yang meyakini
bolehnya tahlilan atau tidak,
sepakat bahwa aksi
pengeboman di zona damai
adalah perbuatan yang diharamkan Islam, apalagi
pemboman yang terjadi di
tempat ibadah. Bom yang
dilakukan oleh kelompok yang
mengatasnamakan jihad tentu
mencoreng nama Islam. Islam mengajarkan syariat jihad
dengan batasan dan aturan
yang ketat dan rinci. Jihad tidak
mengedepankan hawa nafsu dan
serampangan. Jihad sangat
menghargai nilai-nilai dan hak asasi manusia, termasuk di
dalamnya hak-hak sipil. Dalam
perang, musuh yang menjadi
target adalah para combatan
dan basis-basis militer, bukan
orang-orang sipil, fasilitas umum, dan tempat-tempat ibadah.
Akhirul kalam, menyebut dakwah
Wahabi sebagai kontributor aksi
teror bom tak pernah bisa
dibuktikan dengan jelas.
Stigmatisasi itu tak lebih daripada memukul bayang-
bayang. Kita tentu tak sepakat
dengan sekelompok orang yang
mudah mengkafirkan muslim
lainnya hanya karena urusan
khilafiyah. Kita juga tak setuju dengan pola-pola dakwah yang
eksklusif, merasa paling benar,
dan jauh dari nilai-nilai akhlakul
karimah. Jika ada perbedaan
dalam urusan dakwah, maka
selesaikan dengan jalan dialog. Begitupun jika terjadi perbedaan
pendapat dalam hal furu'iyah
maka kedepankanlah sikap
tasamuh (toleran). Stigmatisasi
yang tak jelas di tengah
prahara terorisme akan menambah beban masalah yang
melebar ke mana-mana. Selain
persoalan ideologi yang
menyimpang, akar dari
terorisme adalah ketidakadilan
global yang melanda negeri- negeri Muslim. (Dimuat di Harian
Republika, 7 Oktober, 2011)
Sumber : Eramuslim. com
Komentarku ( Mahrus ali ) : . Tulisan KH. Said Aqil Siradj yang
dimuat dalam harian ini seolah
menyatakan bahwa memerangi
ideologi teror sama dengan
memerangi ideologi puritan
radikal yang diusung oleh kelompok yang ia sebut sebagai
Wahabi. Kelompok yang saat ini
menurutnya mengendap-endap
di dunia pendidikan, membawa
suntikan beracun berisi "ideologi
puritan radikal". Komentarku ( Mahrus ali ) :
Inna lillah wainna ilaihi rajiun ,
orang gila tak seperti itu bila
berkata atau menulis ,Masak
ajaran Islam yang murni di
anggap beracun lalu ajaran ahli bid`ah di anggap obat yang
manjur . Ini pemikiran yang perlu
di kencangkan , bukan tambah
di buat silang . Kita harus
berpegangan kepada ayat : ْﻉَﺪْﺻﺎَﻓ ﺎَﻤِﺑ ُﺮَﻣْﺆُﺗ ْﺽِﺮْﻋَﺃَﻭ ِﻦَﻋ َﻦﻴِﻛِﺮْﺸُﻤْﻟﺍ Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. ( Al Hijr 94 ) Begitu juga ayat : ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﺕﺎَﻟﺎَﺳِﺭ َﻥﻮُﻐِّﻠَﺒُﻳ َﻦﻳِﺬَّﻟﺍ ﺍًﺪَﺣَﺃ َﻥْﻮَﺸْﺨَﻳ ﺎَﻟَﻭ ُﻪَﻧْﻮَﺸْﺨَﻳَﻭ ﺎًﺒﻴِﺴَﺣ ِﻪَّﻠﻟﺎِﺑ ﻰَﻔَﻛَﻭ َﻪﻠﻟﺍ َّﻻِﺇ (yaitu) orang-orang yang
menyampaikan risalah-risalah
Allah, mereka takut kepada-Nya
dan mereka tiada merasa takut
kepada seorang (pun) selain
kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.[1] Di dalam artikel itu di katakan
lagi :
Di Indonesia, stigma Wahabi juga
pernah dilekatkan pada ormas-
ormas Islam seperti
Muhammadiyah, Al-Irsyad, dan Persatuan Islam (Persis). Tokoh-
tokoh seperti KH Ahmad Dahlan,
Syaikh Ahmad Soorkati, A.
Hassan, dianggap sebagai
pengusung paham Wahabi di
Indonesia. Bahkan, jauh sebelum itu, pahlawan nasional Tuanku
Imam Bonjol pun pernah disebut
sebagai pengusung dakwah
Wahabi. Baik Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahab ataupun
generasi dakwah selanjutnya di seluruh dunia yang sepaham
dengan pemikirannya tak
pernah ada yang dengan tegas
menyatakan dirinya sebagai
Wahabi.
Komentarku ( Mahrus ali ) : Apakah ajaran Muhammadiyah,
Al-Irsyad, dan Persatuan Islam
(Persis).di anggap wahabi , lalu
perlu di waspadai dan ajaran
kristen , Budha , Ahli bid`ah di
junjung dan perlu di kembangkan ? .
Ingatlah firman Allah sbb : َﻥﻭُﺪﻳِﺮُﻳ ﺍﻮُﺌِﻔْﻄُﻴِﻟ َﺭﻮُﻧ ِﻪَّﻠﻟﺍ ْﻢِﻬِﻫﺍَﻮْﻓَﺄِﺑ ُﻪﻠﻟﺍَﻭ ُّﻢِﺘُﻣ ِﻩِﺭﻮُﻧ َﻥﻭُﺮِﻓﺎَﻜْﻟﺍ َﻩِﺮَﻛ ْﻮَﻟَﻭ ) 8) Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tetap
menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.
Sekali lagi, apa yang dilontarkan
KH Said Aqil seperti menabur
angin, menerpa siapa saja yang
dianggap sebagai Wahabi.
Dalam artikel itu di katakan: Kita tentu tak sepakat dengan
sekelompok orang yang mudah
mengkafirkan muslim lainnya
hanya karena urusan khilafiyah
Komentarku ( Mahrus ali ) :
Kita kafirkan orang yang menurut dalil kafir , dan kita
katakan muslim orang yang
menurut dalil muslim . Ingatlah
ayat allah . ﺎَﻤَّﻧِﺇ َﻝْﻮَﻗ َﻥﺎَﻛ ﺍَﺫِﺇ َﻦﻴِﻨِﻣْﺆُﻤْﻟﺍ ﺍﻮُﻋُﺩ ﻰَﻟِﺇ ِﻪَّﻠﻟﺍ ِﻪِﻟﻮُﺳَﺭَﻭ َﻢُﻜْﺤَﻴِﻟ ﺎَﻨْﻌِﻤَﺳ ﺍﻮُﻟﻮُﻘَﻳ ْﻥَﺃ ْﻢُﻬَﻨْﻴَﺑ ﺎَﻨْﻌَﻃَﺃَﻭ َﻚِﺌَﻟﻭُﺃَﻭ ُﻢُﻫ َﻥﻮُﺤِﻠْﻔُﻤْﻟﺍ Sesungguhnya jawaban orang- orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara
mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.[2] Baca lagi di sini :
Said Aqil Siradj MANTAN KYAI NU: Tutup situs jihad , biarkan situs
porno 02 Okt 2011 MANTAN KYAI NU: KHSaid Aqil Siroj kurang luas wawasan 01 Jun 2011
01 Jun 2011 MANTAN KYAI NU:Said Aqil Pemimpin muslim sejati atau
munafik ? 21 Apr 2011 [1] ( Al ahzab 39 ) [2] An nur 51 Artikel Terkait KH Said Aqil Siroj Label: KH Said Aqil Siroj

Tidak ada komentar:

Posting Komentar