Entri Populer

Selasa, 01 November 2011

Aqidah Tauhid

Diposting oleh Ustadz Abu Fairuz pada 15 July 2010 Kategori: Aqidah Tags: Aqidah Tauhid, Pembatal syahadatain, rukun laa ilaha illallah, syarat laailaha illallah — Oleh: Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan Al-Medani Lc. MUKADDIMAH Akidah menduduki posisi terpenting dalam kehidupan seorang mukmin di dunia dan akhirat. Ibarat suatu bangunan maka akidah adalah pondasi dasar bangun Islam. Suatu bangunan yang megah akan runtuh menimpa penghuninya tatkala pondasi dasar yang dibawahnya kropos dan tidak kokoh dan tidak memiliki kekuatan. Segala bentuk amalan seorang mukmin tidak akan dapat diterima Allah subhanahu wa ta’ala jika akidah pelakunya rusak dan menyimpang. karena pentingnya akidah inilah maka seluruh dakwah para Nabi dan Rasul dimulai dan diakhiri dengan dakwah kepada tauhid dan akidah yang benar. Mengingat banyaknya penyimpangan yang terjadi dalam masalah akidah di tubuh umat Islam; mengingat banyaknya fenonema kemusyrikan tersebar dimana-mana karena kejahilan kaum muslimin terhadap makna la-ilaha illallah-Muhammad Rasulullah , syarat-syaratnya, konsekwensi dan pembatalnya, bahkan lebih tragis lagi suatu kenyataan yang harus diterima bahwa ummat ini lebih jahil terhadap makna syahadatain dibandingkan kaum musyrikin di zaman Rasulullah dan zaman pra Islam, maka sangat relevan rasanya kita angkat kembali pembahasan seputar makna syahadatain, rukun-rukun, syarat-syarat, konsekwensi dan pembatal syahadat ini, semoga bermanfaat. MAKNA SYAHADAT LA ILAHA ILLALLAH Banyak terjadi kesalah pahaman dalam menafsirkan makna kalimat ini. Sebagian orang menafsirkannya dengan arti: 1.‘Tiada Tuhan yang disembah kecuali Allah’ konsekwensi dari penafsiran ini bahwa segala tuhan-tuhan yang disembah baik yang haq ataupun batil adalah Allah. Tentunya ini penafsiran yang batil sebab Tuhan-tuhan yang disembah selain Allah sangat banyak jumlahnya,dan mustahil keseluruhan tuhan –tuhan tersebut adalah Allah. 2. ‘Tiada pencipta selain Allah’. Kita katakan bahwa ungkapan ini tidak dapat membuat seseorang menjadi mukmin ahli tauhid. Sebab penafsiran ini hanya menetapkan tauhid Rububiyyah yang memang pada dasarnya diakui oleh orang-orang musyrik pada masa Rasulullah.Allah menceritakan dalam Alquran mengenai kaum musyrikin: قُل لِّمَنِ اْلأَرْضُ وَمَن فِيهَآ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ {84} سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ {85} قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ {86} سَيَقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ أَفَلاَ تَتَّقُونَ {87} قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَىْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلاَيُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ {88} سَيضقُولُونَ لِلَّهِ قُلْ فَأَنَّى تُسْحَرُونَ {89} Katakanlah:”Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui” (QS. 23:84) Mereka akan menjawab:”Kepunyaan Allah”. Katakanlah:”Maka apakah kamu tidak ingat?” (QS. 23:85) Katakanlah:”Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?” (QS. 23:86) Mereka akan menjawab:”kepunyaan Allah”. Katakanlah:”Maka apakah kamu tidak bertaqwa?” (QS. 23:87) Katakanlah:”Sipakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?” (QS. 23:88) Mereka akan menjawab:”Kepunyaan Allah”. Katakanlah:”(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?” (QS. 23:89) Walaupun mereka mengakui Allah sebagai pencipta, tetapi mereka tetap diperangi Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, selama mereka masih tetap memberikan ibadah kepada selain Allah. 3. ‘Tiada Yang berhak membuat hukum kecuali Allah’.kita katakan penafsiran ini juga tidak cukup membuat seseorang menjadi mukmin, karena inipun bagian dari tauhid Rubuiyyah. Penafsiran yang benar dari kalimat ’la ilaha illallah’ yaitu tiada tuhan yang hak disembah kecuali makna dari penafsiran ini bahwa tuhan-tuhan yang disembah oleh para pengikutnya memang banyak, tetapi seluruhnya disembah dengan batil, hanya Allah semata yang disembah dengan haq. Oleh karena itu Allah tidak menafikan adanya tuhan-tuhan lain, tetapi seluruhnya adalah batil. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِ ءَالِهَةً إِن يُرِدْنِ الرَّحْمَـنُ بِضُرٍّ لاَّتُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلاَيُنقِذُونَ Mengapa aku akan menyembah ilah-ilah selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?. (QS. 36:23) يَاصَاحِبَيِ السِّجْنِ ءَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ {39} مَاتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِه إِلآ أَسْمَآءً سَمَّيْتُمُوهَآ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُم مَّآأَنزَلَ اللهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ للهِ أَمَرَ أَلاَّتَعْبُدُوا إِلآًّإِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَيَعْلَمُونَ {40} Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, rabb-rabb yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa (QS. 12:39) Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. 12:40) RUKUN LA ILAHA ILLALLAH La ilaha illallah memiliki dua rukun. Pertama: nafi (menolak), yaitu terkandung dalam ungkapan la ilaha(tiada tuhan yang hak disembah).konsekwensinya adalah menolak segala bentuk tuhan-tuhan yang disembah dengan batil. Kedua: itsbat (menetapkan), yaitu yang terkandung dalam ungkapan: ”illallah”. Konsekwensinya yaitu menetapkan ketuhanan hanya milik Allah semata, Dialah yang berhak untuk diberikan segala bentuk ibadah kita. SYARAT LA ILAHA ILLALLAH Ada tujuh hal yang menjadi syarat sahnya pengucapan la ilaha illallah, jika satu saja dari ketujuh syarat itu tidak dipenuhi maka sia-sialah pengucapan tersebut.ketujuh sarat tersebut sebagai berikut: 1. al-ilmu(mengerti maknanya).lawannya adalah al-jahlu (tidak mengerti maknanya).maksud berilmu disini yaitu mengetahui apa yang ditolak dan ditetapkan oleh kalimat ini. Dalilnya firman Allah subhanahu wa ta’ala: إِلاَّ مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa’at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka menyakini(nya). (QS. 43:86)ز 2. al-yaqin(yakin). Lawannya adalah as-syak (ragu-ragu).jika seseorang ragu dengan apa yang dituntut kalimat ini maka ucapannya dianggap batal. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu (QS. 49:15). 3. al-Qabul (menerima). Lawannya adalah ar-raddu(menolak).konsekwensi dari kalimat ini yakni dengan menyembah Allah semata dan meninggalkan segala bentuk ibadah kepada selain-Nya. Allah berfirman: إِنَّهُم كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ يَسْتَكْبِرُونَ {35} وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ {36} Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka:”Laa ilaaha illallah” (Tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. (QS. 37:35) dan mereka berkata:”Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami karena seorang penyair gila?” (QS. 37:36). 4. al-inqiyadh( tunduk berserah diri).kebalikannya adalah at-tark(meninggalkan).Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. 31:22). 5. as-sidq(jujur). kebalikannya adalah al-kazibu (dusta).maknanya yaitu hati selaras turut membenarkan apa yang diucapkan lisan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ ءَامَنَّا بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الأَخِرِ وَمَا هُم بِمُؤْمِنِينَ {8} يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلاَّ أَنفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ {9} فِي قُلُوبِهِم مَّرَضُُ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذّابٌ أَلِيمُ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ {10} Di antara manusia ada yang mengatakan:”Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS. 2:8) Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9) Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. 2:10). 6. al-Ikhlas.kebalikannya adalah as-syirk. Makna ikhlas yaitu membersihkan segala bentuk amalan dari segala unsur syirik. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:” Sesungguhnya Allah haramkan atas api neraka terhadap orang yang mengucapkan la ilaha illallah karena mengharapkan wajah Allah semata.”(HR. Bukhari-Muslim). 7. al-hubbu (cinta). kebalikannya adalah al-bughdhu(benci). Allah berfirman : 8. وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللهِ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا أَشَدُّ حُبًّا للهِ Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. (QS. 2:165). KONSEKWENSI DARI KALIMAT LA ILAHA ILLALLAH Konsekwensi dari kalimat la ilah illallah adalah meninggalkan segala bentuk ibadah kepada selain Allah yang ditunjukkan dengan ungkapan ‘la ilaha’. Selanjutnya beribadah hanya kepada Allah semata, yang ditunjukkan oleh kalimat ‘illallah’. Sebab realita yang terjadi bahwa banyak orang yang mengatakannya tetapi, perbuatan mereka menyelisihi apa yang telah mereka ucapkan. Mereka mengatakannya sementara di sisi lain masih tetap mengantungkan harapan dan doa kepada makhluk, seperti kuburan para wali, benda-benda yang dikeramatkan dan sebagainya. MAKNA SYAHADAT MUHAMMAD RASULULLAH Maknanya yaitu mengaku secara zahir dan batin bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya yang diutus kepada seluruh manusia, selanjutnya mengerjakan segala konsekwensi dari ucapan tersebut berupa mentaati segala perintahnya, membenarkan segala berita yang disampaikannya, menjauhi segala yang dilarangnya,dan tidak beribadah menyembah Allah kecuali dengan mengikuti apa-apa yang disyariatkan Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. RUKUN SYAHADAT MUHAMMAD RASULULLAH Dalam kesaksian ini terdapat dua rukun yang sangat penting diketahui, yaitu: 1. Muhammad adalah hamba Allah. 2. Muhammad adalah Rasul utusan Allah. Rukun pertama memiliki konsekwensi agar kita tidak berlebih-lebihan dalam memuliakan Rasulullah hingga mengangkat derajat beliau ketingkat Uluhiyyah,seolah-olah beliau sebanding dengan Allah. Sebab beliau adalah manusia yang tidak bisa mendatangkan bagi dirinya manfa’at ataupun menolak mudarat kecuali apa yang telah dikehendaki Allah. beliau juga tidak mengetahui perkara ghaib. Allah berfirman: قُل لآأَقُولُ لَكُمْ عِندِى خَزَآئِنُ اللهِ وَلآأَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلآأَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلاَّ مَايُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأَعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلاَ تَتَفَكَّرُونَ Katakanlah:”Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku ini malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang telah diwahyukan kepadaku. Katakanlah:”Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat”. Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya). (QS. 6:50) Berapa banyak kaum muslimin yang terjerumus memuja-muja Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, seperti di dalam kitab yang ditulis oleh Muhammad Alawi Maliki, ‘Adz-Dzakhaair Muhammadiyyah’. Diantaranya mengklaim bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki sifat-sifat ilahiyah yang khusus bagi Allah. Sebagai contoh, perkataannya bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menguasai perbendaharaan langit dan bumi, beliau memiliki hak membagi-bagikan tempat di surga, beliau mengetahui perkara ghaib dan lima perkara yang hanya diketahui oleh Allah, keyakinannya bahwa segala sesuatu diciptakan karena beliau, bahwa malam kelahiran beliau (malam maulid) lebih baik daripada malam Lailatul Qadr. Demikian pula keyakinannya bahwa segala sesuatu bergantung kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Termasuk di antaranya persetujuannya terhadap kasidah-kasidah yang ia nukil dalam kitabnya tersebut yang berisi istighatsah kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan istijaarah (memohon perlindungan) kepada beliau. Bahwasanya saat menghadapi kesulitan harus memohon kepada beliau dan apabila beliau tidak mengabulkan maka tidak ada lagi tempat meminta pertolongan dalam menghadapi musibah dan masih banyak lagi perkara lainnya. Adapun rukun kedua memiliki konsekwensi bahwa Muhammad itu adalah seorang utusan Allah yang harus di ikuti, dijadikan contoh dan tidak boleh didustakan, sebab apa yang diucapkannya adalah wahyu semata. Dengan dua rukun ini kita dapat memahami kekeliruan dua kelompok kaum muslimin yang saling bertolak belakang dalam menyikapi diri Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, antara yang terlalu mengkultuskan beliau hingga menggangap beliau seolah tuhan yang disembah dan diminta, dan kelompok lainnya yang terlalu menyepelekan kedudukan Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam, dengan dalih bahwa beliau adalah manusia biasa yang bisa salah dan bisa benar, oleh karena itu-menurut pandangan mereka- syariatnya tidak harus di ikuti dan kini tidak sesuai lagi dengan zaman. KONSEKWENSI SYAHADAT MUHAMMAD RASULULLAH Yaitu dengan mentaatinya, membenarkannya, menjauhi larangannya, mencukupkan diri dengan berpegang dengan sunnahnya, dengan meninggalkan segala bentuk bid’ah dan perkara-perkara baru yang diada-adakan dalam agama ini, mendahulukan perkataannya dari segala perkataan manusia lainnya. PEMBATAL SYAHADATAIN Pembatal syahdatain yaitu segala sesuatu yang dapat mengugurkan keislaman seseorang. Seseorang yang mengucapkan dua kalimat ini dianggap telah masuk ke dalam Islam dan telah menjadi seorang muslim dengan konsekwensi mematuhi segala aturan yang terkandung dalam dua kalimat ini. Maka ketika seseorang melanggar kandungan dari dua kalimat tersebut,berarti dia telah menggugurkan syahadatnya sendiri walaupun masih tetap mengucapkannya dan mengatakan dirinya muslim. Pembatal keislaman seseorang banyak jumlahnya, para ulama telah menyebutkannya dalam kitab-kitab fikih yang mereka beri judul dengan ‘bab riddah’. Dari sekian banyak perkara tersebut kita akan sebutkan sepuluh macam pembatal yang terpenting yaitu: 1. syirik kepada Allah dengan memberikan ibadah kepada selainnya. Allah berfirman: إِنَّ اللهَ لاَيَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَادُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَآءُ وَمَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. 4:48) إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَالِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya jannah, dan tempatnya ialah naar, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun. (QS. 5:72) Diantara bentuk kesyirikan yaitu: menyembelih untuk selain Allah baik untuk wali ataupun jin. 2. menjadikan seorang makhluk sebagai perantara dalam beribadat kepada Allah, baik dengan berdoa kepada makhluk tersebut, meminta syafa’at, dan bertawakkal penuh kepada mereka ,maka hal ini dianggap kafir secara ijma’. Sebagaimana orang –orang yang menjadikan wali-wali yang telah terkubur sebagai perantara antara dirinya dan Allah sambil berdoa kepada wali tersebut, meminta hajat padanya dan memohon perlindungan dari mara bahaya dan sebagainya. 3. orang-orang yang tidak mengkafirkan orang kafir, atau ragu terhadap kekafiran mereka atau malah membenarkan agama mereka, hal ini akan membuat dia menjadi kafir. 4. orang yang beranggapan bahwa ada petunjuk selain petunjuk Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam yang lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau beranggapan bahwa hukum yang diterapkan oleh selain Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam lebih baik dari hukum yang beliau bawa, seperti orang-orang yang lebih memilih hukum-hukum yang dibuat oleh thagut-thagut itu dari pada hukum Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam maka dia telah kafir. 5. orang-orang yang membenci sesuatu hal yang memang jelas dibawa Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam dan bagian dari syariatnya-walaupun dia mengamalkannya maka telah menjadi kafir. 6. orang-orang yang menghina ataupun memperolok-olok agama yang dibawa Rasulullah, baik memperolok ganjaran pahala yang dijanjikan Allah ataupun ancaman bagi pelaku kemaksiatan, maka dia menjadi kafir,Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ {65} لاَتَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِن نَّعْفُ عَن طَائِفَةٍ مِّنكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ {66} Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah:”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?”. (QS. 9:65)Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa. (QS. 9:66). 7. Sihir, dan diantaranya yaitu as-sharfu wal athfu(sihir yang membuat seseorang dicintai suaminya ataupun menjadi dibenci). Siapa saja yang berbuat sihir, atau ridho dengan perbuatan ini dianggap telah kafir. Allah berfirman: َاتَّبَعُوا مَا تَتْلُوا الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَاكَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِّنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَآأُنزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ أَحَدٍ حَتَّى يَقُولآ إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلاَ تَكْفُرْ Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Merek mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaiu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan:”Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir”. (QS. 2:102). 8. Membantu orang-orang musyrikin untuk menghancurkan kaum muslimin. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَآءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَآءُ بَعْضٍ وَمَن يَتَوَلَّهُم مِّنكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللهَ لاَيَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. (QS. 5:51). 9. Orang yang berkeyakinan bahwa ada manusia yang boleh keluar dan tidak mengikuti syariat Nabi Muhammad, dengan alasan bahwa Nabi Khidir boleh keluar dan tidak mengikuti syariat Nabi Musa, maka dia telah kafir. Sebagaimana anggapan sebagian kelompok sufi yang sesat bahwa seseorang jika telah mencapai tingkat tertinggi yaitu tingkat ma’rifat maka dia tidak lagi mengikuti syariat Muhammad. 10. Berpaling dan tidak mau mempelajari Agama Allah, dan tidak mau mengamalkannya. Allah berfirman: وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن ذُكِّرَ بِئَايَاتِ رَبِّهِ ثُمَّ أَعْرَضَ عَنْهَآ إِنَّا مِنَ الْمُجْرِمِينَ مُنتَقِمُونَ Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Rabbnya, kemudian ia berpaling daripadanya Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa. (QS. 32:22). Dalam hal yang disebutkan diatas tidak ada beda bagi orang yang mengatakan atau mengucapkannya dengan bergurau ataupun serius, ataupun dalam kondisi takut, keculai orang yang dipaksa. Hal-hal diatas disebutkan karena itu yang paling banyak terjadi di dalam diri kaum muslimin. Semoga Allah melindungi kita dari kesyirikan, amin. DAFTAR REFERENSI -Aqidatut Tauhid, karya Dr. Sholeh bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan. -Hiwar Ma’a Al-Maliki,karya Abdullah bin Sulaiman Bin Mani’ -fatawa Al-Mar’ah Al-Muslimah, artikel Syiekh Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar