Entri Populer

Kamis, 03 November 2011

8. Sejarah Salaf di Minangkabau: Para Penentang

Para Penentang Diposkan oleh Sejarah Salaf Minangkabau on 07 Juli, undefined Label: para penentang, periode III | 0 komentar Dalam periode ini selain mendapat tekanan dari pihak Belanda dalam menjalankan dakwahnya, juga mendapat mendapat tantangan dari kaum adat. Salah seorang penentang yang paling keras terhadap gerakan kaum muda yaitu Datuk Sutan Maharaja. Beliau ini terkenal sebagai seorang yang membenci islam, dan ayahnya ketika menjadi laras pernah melarang orang berpuasa ramadhan. Iapun merupakan turunan dari keluarga yang sangat menentang islam sebagai lanjutan atau kebangkitan kembali gerakan Paderi. Apalagi syaikh Ahmad Khatib memang merupakan turunan seorang hakim Paderi. Berkata datuk ini,”Awas, jangan biarkan masa Paderi kembali. Kita orang Minang Kabau harus berjaga-jaga agar kemerdekaan kita jangan hilang dengan tunduk kepada orang-orang mekkah. Negeri indah Minang Kabau dengan wanitanya yang cantik memang merupakan surga dibandingkan dengan negeri Arab yang panas tandus dimana jenis lemah dan memang kurang diberkati alam memang perlu memakai cadar. Oleh sebab itu Datuk Maharaja bekerja sama dengan kaum bangsawan di Padang untuk melawan kaum pembaharu, datuk tersebut kehilangan alasan perlawanannya dalam hal waris tadi. Faktor-faktor lain yang turut memperlemah kedudukan datuk. Pertama pada masa paderi sebenarnya telah terdapat kesepakatan antara ulama dan kaum adat mengenai bukan saja tentang harta warisan, tetapi juga tentang kedudukan masing-masing dalam masyarakat pada umumnya. Kesepakatan yang diakui tidak akan diubah sampai kiamat. (Deliar Noer. Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942. Hal 236)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar